Antologi Puisi Makam Intelektual
Manusia adalah makhluk yang paling cerdas; yang terus melakukan perjalanan dari satu titik ke titik yang lain. Berbagai kecerdasan dimilikinya mulai kecerdasan logika, emosi dan spiritualnya. Seandainya kumpulan kecerdasan tersebut dijadikan kesadaran kolektif cita-cita suci menciptakan kehidupan yang damai akan terwujud.
Antologi puisi ini berusaha menangkap berbagai fenomena yang terjadi mulai sosial, budaya, keindahan, berbagai ketidakadilan yang disebabkan keculasan manusia yang kurang bijak dan menyadari dirinya diciptakan di dunia ini. Memang sejarah akan selalu berulang, hanya pelaku, waktu dan tempat yang berbeda; esensinya sama.
Buku Kumpulan Puisi Makam Intelektual ini mengangkat mencoba nilai-nilai universalisme kemanusiaan yang diidam-idamkan dalam kehidupan. Mengapa peperangan terus terjadi. Mengapa pembodohan intelektual terus terjadi. Mengapa yang kuat seringkali mengeksploitasi yang miskin dan lemah, dan seterusnya.
Batu nisan yang mulai menggigil kedinginan
Di bawahnya, barusan di semayamkan intelektual dan keimanan
Kutipan dari puisi Makam Intelektual, hasil perenungan dan kerisauan penyair yang mana mewakili puisi-puisi di dalam buku ini. Buku yang merefleksikan fenomena-fenomena keseharian disajikan dengan bahasa yang sederhana, namun khas mewakili nilai-nilai universalisme yang harus selalu diperjuangkan.
Penulis
Sekarindra Prasidhayani